Kiln Color | Cone | °F | °C | Description |
white | 14 | 2552° | 1400° | Porcelain: cone 10-13 |
yellow | 10 | 2380° | 1300° | High-fire/Stoneware: cone 8-10, average=cone10 |
| 6 | 2192° | 1200° | Mid-range glaze: cone 2-7 |
| 04 | 1950° | 1100° | Low-fire/Earthenware: |
yellow- orange | | | 1000° | |
| 010 | 1650° | 900° | Clay particles beginning to vitrify; the lowest BISQUE temperature (cone 010-04) |
| | 1450° | 800° | Vitrification begins, carbonaceous material is burned off. |
Red | 018 | 1292° | 700° | RED HEAT |
dull red | | | 600° | |
| | 1060° | 500° | 573° C, quartz inversion in both heating and cooling stages. |
| | | 400° | From 480-700° C, chemical water |
| | | 300° | From 300-800° C, carbonaceous material burns off. |
. | | 439° | 200° | 220° C, cristobalite expansion (heating), squeeze (cooling) |
dark | | 212° | 100° | Water converts to steam (expands). |
[studiokeramik Media] : StudioKeramik TV | StudioKeramik.org| Koran Studio Keramik | Studio Keramik Channel | Studio Keramik Publishing (Penerbitan Buku)
[Social Networks]: Facebook Fan Page| Follow on Twitter | +1 on Google+
_________________________________________________________
Tuesday, May 24, 2011
Pembakaran Keramik (2)
Pembakaran keramik merupakan proses utama dalam pembuatan benda keramik. Dalam proses pembakaran ini terdapat fenomena pengubahan massa tanah liat yang rapuh menjadi massa keramik yang padat, keras, dan kuat. Dalam sains keramik proses pemadatan ini terjadi karena adanya sintering, dimana ada sebuah fenomena kimia fisika yang kompleks yang mengubah butir-butir mineral keramik melebur menjadi massa yang matang, kuat, dan padat.
Biasanya keramik dibakar pada suhu minimal 700 C. Tetapi perubahan fase keramik dimulai pada 573 C dengan adanya inversi kuarsa. Pada keramik umumnya, benda-benda dibakar pada 800 - 1400 C tergantung dari jenis badan keramik itu sendiri yaitu earthenware (900-1180 C), stoneware (1200-1300 C), atau porselen (1250-1450 C).
Pembakaran keramik dilakukan dengan tungku keramik (kiln, furnace). Tungku keramik tersebut bervariasi jenis dan bahan bakarnya. Ada yang berbahan bakar kayu, minyak, gas, dan listrik. Masing-masing tungku memiliki kelebihan dan kelemahan. Perajin tradisional biasa menggunakan tungku kayu karena ketersediaan kayu yang cukup banyak dan relatif murah. Tungku gas digunakan pada pabrik keramik yang lebih modern karena tungku jenis ini mampu diatur suasana pembakarannya apakah reduksi atau oksidasi. Tungku listrik biasa dipakai pada lembaga penelitian dan pendidikan karena konsumsi listrik yang cukup besar. Tungku ini praktis dan relatif tanpa limbah.
Indikator pencapaian suhu biasa menggunakan pyrometric cone (pancang suhu)atau pirometer-termokopel. Pyrometric cone adalah bahan keramik berbentuk piramida berukuran sekitar 5 cm memiliki kode tertentu sesuai suhu matangnya. Saat mencapai suhu matang, cone akan melengkung. Oleh sebab cone ini sangat akurat karena kematangan terhadap cone tersebut juga mengindikasikan kematangan keramik dalam tungku yang dibakar. Sedangkan indikator suhu yang lain kurang menunjukkan suhu aktualnya karena panas yang terdeteksi hanyalah panas dalam ruangan disekitar indikator tersebut (mis termokopel) diletakkan.
Berikut ini adalah warna ruangan tungku yang berkorelasi dengan suhu dan pencapaian tahapan pembakaran.
(Heatwork Chart: Transformation of Ceramic Materials by Heat)
(sumber chart : http://www.lakesidepottery.com/HTML%20Text/Tips/Tempruturerange.htm).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment