Teknik raku adalah teknik pembuatan keramik berglasir yang dapat menghasilkan efek artistik dan unik pada badan keramik yang disebabkan oleh pengaruh pembakaran reduksi dalam sebuah bak/tabung berisi serpihan kayu dan diteruskan dengan perubahan suhu secara tiba-tiba dari panas ke dingin. Pembakaran reduksi terjadi karena proses pembakaran dalam tabung/bak tertutup sehingga terjadi kekurangan oksigen. Oksigen yang kurang kemudian dipenuhi oleh oksigen yang berasal dari glasir dan badan keramik.
Dalam terjemahan harfiah, raku berarti 'enjoyment' (kenikmatan, kesenangan, atau kebahagiaan). Menurut Chris Myers, raku adalah suatu istilah tradisional yang digunakan di Jepang untuk benda-benda pakai khususnya untuk menyajikan minuman. Dalam catatan sejarah, raku dibuat pertama kali di Kyoto pada abad ke XVI oleh ahli keramik (tembikar) bernama Chojiro (1516-1592) yang terinspirasi oleh seorang master/ahli minuman teh yang bernama Rikyu. Nama raku diberikan pada tipe/jenis keramik oleh penguasa militer yang bernama Toyotomi Hideyoshi, dan oleh adik penemu ini yang bernama Jokei pemberian nama raku tersebut dijadikannya nama keluarga. Keramik raku telah dikerjakan di Kyoto oleh empat belas generasi yang dibuat dari generasi ke generasi sampai pada raku ke 111.
Koleksi Studio Keramik PPPPTK Seni dan Budaya/Fajar Prasudi
Raku diperkenalkan ke seluruh dunia oleh Bernard Leach yaitu seorang master keramik yang sangat terkenal dari Inggris, yang pernah beberapa tahun tinggal di Jepang. Perkembangan selanjutnya keramik jenis ini dijadikan sumber inspirasi oleh seniman seniman keramik dan diexploitasi menjadi karya karya yang menajubkan tanpa pembatasan nilai-nilai tradisional sebelumnya.
Sumber lain berasal dari tulisan Michael Chanter yang menuliskan, keramik raku berasal dari prosedur yang dikembangkan oleh ahli keramik Korea yang bekerja di Jepang pada abad ke XVI. Diceriterakan bahwa raku ditemukan ketika di Jepang terjadi bencana alam. Setelah terjadi bencana alam tersebut pada proses pembangunan kembali, maka oleh penguasa pada saat itu memanggil ahli-ahli keramik untuk ditugaskan memproduksi genting dengan jumlah yang banyak. Dalam ketergesaan mereka melaksanakan tugasnya mulai menggunakan tong sebagai tempat untuk memindahkan keramik yang masih panas dari tungku ke tempat penampungan yang temperaturnya dingin. Pada saat itulah mereka menemukan bahwa tanah liat yang digunakan mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam pergerakan/pemindahan dari tungku yang panas ke udara yang dingin.
Koleksi Studio Keramik PPPPTK Seni dan Budaya/Fajar Prasudi
Sumber tulisan: Wikipedia dan sumber-sumber lain.
No comments:
Post a Comment